Drama di Balik 'Otw': Sebuah Kajian Sosiologis tentang Karet Waktu dan Ekspektasi yang Tak Terpenuhi


Di era komunikasi serba cepat ini, ada satu kata ajaib yang seringkali menjadi andalan banyak orang ketika ditanya keberadaannya: "otw". Tiga huruf sakti yang konon katanya menandakan bahwa seseorang sedang dalam perjalanan menuju lokasi yang dijanjikan. Namun, kenyataannya, "otw" seringkali lebih misterius daripada hilangnya uang di dompet setelah gajian.

Mari kita bedah fenomena "otw" ini lebih dalam. Ketika seseorang mengirimkan pesan "otw", apa sebenarnya yang sedang terjadi di balik layar? Apakah dia sudah benar-benar keluar rumah dan tinggal tancap gas, meninggalkan jejak ban di aspal saking semangatnya? Atau, jangan-jangan dia masih berkutat dengan handuk di kamar mandi sambil bersenandung lagu TikTok terbaru, bahkan mungkin masih asyik memberikan likes pada postingan teman di Instagram? Kebenaran di balik "otw" seringkali lebih gelap daripada kopi tanpa gula di pagi hari.

Ada berbagai tingkatan "otw" yang perlu kita pahami, sebuah hierarki ketidakpastian yang patut diabadikan dalam buku sosiologi modern. Ada "otw" level dewa, di mana orang tersebut memang sudah di jalan dan tinggal menunggu beberapa menit lagi (ini langka, seperti menemukan uang seratus ribu di saku celana lama). Lalu, ada "otw" level manusia biasa, di mana orang tersebut baru selesai mandi dan masih memilih baju yang paling fashionable untuk datang terlambat dengan gaya, seolah-olah keterlambatan adalah bagian dari fashion statement. Dan yang paling parah adalah "otw" level mitos, di mana orang tersebut bahkan belum beranjak dari tempat tidur dan mungkin baru bangun karena notifikasi pesan kita yang berbunyi nyaring seperti alarm kiamat.

Lucunya, kita semua seolah-olah sudah memiliki pemahaman implisit tentang makna sebenarnya di balik "otw". Ketika teman kita mengirimkan "otw", kita tidak pernah benar-benar berharap dia akan tiba dalam lima menit. Ada semacam toleransi universal terhadap karet waktu yang melekat pada frasa ini, sebuah kesepakatan tidak tertulis bahwa "otw" adalah excuse yang diterima secara kolektif. "Otw" seolah-olah menjadi lampu hijau untuk menunda ekspektasi dan bersiap untuk menunggu lebih lama, sambil sesekali mengecek jam dengan tatapan kosong.

Mungkin "otw" adalah bentuk sopan dari "saya akan berangkat nanti kalau sudah tidak ada hal lain yang lebih menarik untuk dilakukan, seperti rebahan sambil scroll TikTok tanpa akhir". Atau, bisa juga merupakan strategi psikologis untuk meredam kekecewaan orang yang menunggu, sebuah upaya halus untuk menghindari amukan massa yang kelaparan atau kebosanan. Dengan mengatakan "otw", kita memberikan harapan palsu yang lebih baik daripada mengatakan "mungkin saya tidak datang, atau kalaupun datang, ya nanti saja kalau mood".

Namun, drama di balik "otw" ini juga bisa memicu konflik kecil, terutama dalam hubungan asmara. Ketika janji kencan jam tujuh malam, lalu pukul delapan masih "otw" dengan alasan "macet padahal rumahnya cuma beda gang", kesabaran pun mulai menipis. Apalagi kalau yang ditunggu adalah gebetan yang katanya "otw dari tadi" tapi status terakhir di media sosialnya masih selfie di depan cermin. Di sini, "otw" bukan lagi sekadar informasi, tapi sudah menjadi ujian kesetiaan dan ketahanan mental, sebuah indikator penting apakah hubungan ini layak dilanjutkan atau tidak.

Maka dari itu, lain kali ketika Anda mengirimkan atau menerima pesan "otw", ingatlah bahwa di balik tiga huruf sederhana itu tersembunyi sebuah labirin interpretasi dan ekspektasi yang jarang terpenuhi. Mungkin, "otw" bukanlah sekadar indikator geografis, melainkan sebuah representasi dari ketidakpastian hidup itu sendiri. Sebuah pengingat bahwa waktu adalah konsep yang relatif, terutama ketika diukur dengan janji kedatangan seseorang. Jadi, nikmatilah proses menunggu itu, anggap saja sebagai meditasi modern. Dan siapa tahu, di balik "otw" yang tak kunjung tiba, tersimpan kejutan yang tak terduga – atau mungkin, ya, dia memang baru bangun tidur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sehat Bersama Ternak: Tim Kesehatan Hewan Unhas Bergerak di Desa Baring

Sapi Qurban: Bintang Utama Iduladha, Dramanya Menggelegar, Berkahnya Melimpah Ruah!

Kecanduan Scrolling Tanpa Tujuan: Surga atau Neraka Informasi yang Tak Berujung