Mukena Everywhere: Ketika Pakaian Salat Jadi Outfit Andalan Keluar Rumah di Indonesia
Di Indonesia, Mukena bukan sekadar kain penutup aurat saat salat. Lebih dari itu, ia adalah the ultimate grab-and-go outfit yang level kepraktisannya sudah melampaui fungsi utama. Bayangkan, ini seperti pisau Swiss Army tapi versi syariah, selalu siap sedia untuk berbagai keperluan mendesak di luar rumah, bahkan yang tidak ada hubungannya dengan ibadah sama sekali.
Coba perhatikan saja scene sehari-hari di perkampungan atau komplek perumahan. Ketika ibu-ibu komplek tiba-tiba mendapat * panggilan alam* untuk membeli micin atau terasi di warung ujung gang, seringkali Mukena menjadi fashion statement tercepat dan terpraktis. Tinggal slup, langsung sopan, aurat tertutup, dan tidak perlu repot ganti baju yang mungkin masih bau cucian semalam. Anggap saja ini fast fashion versi kilat, lebih cepat dari cheat code game online.
Fenomena yang sama juga sering kita jumpai saat kurir COD (yang seringkali datang di waktu yang paling tidak tepat) mengetuk pintu. Daripada panik mencari daster yang tidak bolong atau baju tidur yang tidak terlalu lusuh, Mukena yang sudah tergantung anggun di balik pintu menjadi penyelamat instan. Pintu dibuka sedikit, tangan menerima paket, senyum basa-basi, urusan selesai. Penampilan? Ah, yang penting kurir tidak melihat kita seperti baru bangun dari mimpi indah (atau mimpi buruk dikejar pinjol).
Bahkan, yang lebih absurd tapi nyata, ada fenomena Mukena sebagai "pakaian nongkrong" dadakan level santai. Mungkin saat sedang rebahan menikmati me time sambil nonton mukbang di YouTube, tiba-tiba ada tetangga atau teman datang mengajak ngopi darat di teras atau di pos ronda. Daripada merasa tidak enak karena hanya mengenakan kaos oblong bolong dan celana kolor butut, Mukena kembali menjadi andalan. Tinggal dipakai, langsung siap berinteraksi sosial tanpa perlu merasa risih atau dicap sebagai kaum rebahan abadi. Anggap saja ini dress code informal untuk bersosialisasi tanpa perlu makeup menor.
Tentu saja, fungsi utama Mukena sebagai pakaian ibadah yang sakral tetaplah yang paling mulia. Namun, fleksibilitas penggunaannya dalam situasi sehari-hari yang kadang kocak ini menunjukkan betapa kreatif dan adaptifnya masyarakat Indonesia. Mukena bukan hanya simbol ketaatan beragama, tapi juga simbol efisiensi tingkat tinggi dan solusi praktis untuk berbagai kerepotan hidup sehari-hari.
Jadi, lain kali jika Anda melihat seorang perempuan mengenakan Mukena di pasar tumpah, saat menerima paket dengan muka bantal, atau bahkan saat asyik ngobrol ngalor ngidul di pinggir jalan, jangan langsung heran atau berpikir dia baru selesai salat subuh berjamaah di tengah pasar. Anggap saja itu adalah manifestasi kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Mukena, everywhere! Multifungsi, selalu siap sedia, dan kadang kala menyelamatkan kita dari fashion disaster dadakan.
Komentar
Posting Komentar