Para 'Silent Reader': Mereka Ada, Menyimak, Tapi Tak Terjamah di Grup WhatsApp


Di setiap grup WhatsApp, pasti ada de'na mereka: para silent reader. Sosok-sosok misterius yang fotonya terpampang gagah di daftar anggota, bahkan mungkin sempat kasih emotikon jempol pas grup baru dibikin, tapi setelah itu... sunyi senyap kayak kuburan tengah malam pas mati lampu. Mereka ada, mata mereka pasti melototi semua chat, tapi jari-jari mereka ini kayak kena lem super, susah sekali bergerak untuk mengetik satu huruf pun.

Siapakah gerangan para silent reader ini, we'? Apakah mereka intelijen negara yang lagi nyamar dan kumpulkan informasi penting dari obrolan grup yang isinya cuma bahas promo makanan, berita dari facebook, sampai bahan-bahan renungan hidup? Pengamat sosial yang lagi bikin tesis tentang perilaku manusia di dunia digital yang penuh emoticon tertawa sambil menangis? Atau jangan-jangan, memang mereka ini jin penunggu grup yang cuma bisa lihat tapi tidak bisa menyentuh? Spekulasi memang lebih seru nah daripada kenyataan yang biasanya cuma bilang "lagi sibuk".

Ada beberapa teori yang mungkin bisa kasih sedikit pencerahan tentang keberadaan mereka. Pertama, mungkin memang lagi sibuk sekali tawwa sampai tidak sempat balas. Kerja rodi mungkin, atau lagi jaga lilin semalaman. Kedua, mungkin merasa tidak ada ide bagus untuk diketik. Mereka lebih nyaman jadi penonton setia daripada ikut meramaikan obrolan yang (menurut mereka) tidak penting-penting amat.

Teori ketiga yang lebih bikin penasaran adalah mereka sebenarnya menikmati semua drama dan informasi di grup, dari gosip tetangga sampai link berita viral, tapi memang tipe orang yang lebih suka jadi pengamat dari jauh. Kayak nonton sinetron di TV, seru tapi tidak perlu telepon pemainnya. Mereka tahu semua intrik dan screenshot yang beredar, tapi mereka pilih untuk menyimpannya dalam hati (dan mungkin di galeri ponsel).

Ada juga kemungkinan yang lebih "gelap" tapi realistis: mereka mungkin sudah mute itu grup tapi sesekali masih buka untuk lihat kalau ada info penting sekali. Mereka mau tetap update tanpa harus bunyi terus notifikasinya kayak bunyi alarm kebakaran. Ini mi namanya strategi bertahan hidup di era grup WhatsApp yang terlalu aktif.

Yang jelas, keberadaan para silent reader ini seringkali menimbulkan pertanyaan di benak para anggota yang aktif. Apakah mereka benar-benar baca semua chat yang panjangnya nauzubillah? Apakah mereka punya pendapat tentang topik yang lagi heboh dibahas? Apakah mereka merasa dikucilkan atau justru menikmati kesendirian digital mereka? Manalah kita tahu itu.

Namun, tanpa disadari, para silent reader ini juga punya peran penting dalam dinamika grup. Mereka ini penyeimbang keramaian. Di tengah obrolan yang ributnya minta ampun dan notifikasi yang bunyi terus kayak orkestra dangdut, keberadaan mereka ini pengingat bahwa tidak semua orang harus selalu ikut bicara. Ada juga hak untuk jadi penonton yang baik.

Jadi, lain kali kalau Anda merasa sendirian di tengah ramainya grup WhatsApp, ingatlah bahwa ada banyak mata yang sedang mengawasi dalam diam. Mereka mungkin tidak pernah mengetik, tapi kehadiran mereka tetap jadi bagian dari ekosistem digital ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sehat Bersama Ternak: Tim Kesehatan Hewan Unhas Bergerak di Desa Baring

Sapi Qurban: Bintang Utama Iduladha, Dramanya Menggelegar, Berkahnya Melimpah Ruah!

Kecanduan Scrolling Tanpa Tujuan: Surga atau Neraka Informasi yang Tak Berujung