Seni Mengulur Waktu Ala Indonesia: Lebih Indah dari Sunset di Pantai Losari
Indonesia memang kaya akan budaya dan tradisi yang unik. Salah satunya adalah seni mengulur waktu, sebuah keahlian halus yang tampaknya sudah mendarah daging dan dipraktikkan oleh hampir semua lapisan masyarakat. Jangan kaget kalau deadline itu cuma dianggap sebagai tanggal perkiraan, dan pekerjaan baru benar-benar dikebut saat jam sudah dekat kayak nonton film di bioskop yang telat mulai. Percaya deh, seni mengulur waktu ala Indonesia ini punya keindahan tersendiri, bahkan mungkin lebih memukau dari sunset di Pantai Losari yang katanya indah sekali.
Coba perhatikan. Ada semacam ritual yang terjadi setiap kali kita punya tugas atau janji. Awalnya, semangat masih membara, ide-ide bertebaran. Tapi seiring berjalannya waktu, muncul berbagai macam distraksi yang lebih menarik: nonton series kesukaan, scroll media sosial tanpa tujuan, atau sekadar rebahan sambil mikirin makna kehidupan. Pekerjaan? "Ah, masih lama," begitu bisikan setan eh.., maksudnya bisikan hati yang selalu berhasil merayu. Sampai akhirnya, H-1 deadline tiba, barulah kita berubah jadi superhero dengan kekuatan mengerjakan semuanya dalam semalam. Ajaibnya, seringkali hasilnya pun lumayan! Inilah keindahan pertama dari seni mengulur waktu: kemampuan kita untuk bekerja di bawah tekanan ekstrem.
Filosofi "Nanti Juga Selesai Sendiri". Ada semacam kepercayaan mistis di kalangan kita bahwa segala sesuatu itu pada akhirnya akan selesai sendiri. Tugas? "Nanti juga ada ide." Utang? "Nanti juga ada rezeki buat bayar." Janji? "Nanti juga dia lupa." Sebuah optimisme yang kadang membingungkan, tapi entah kenapa seringkali berhasil (dengan sedikit drama di akhirnya). Ini adalah keindahan kedua: keyakinan yang kuat pada kekuatan "kepepet".
Seni Mencari Alasan yang Lebih Kreatif dari Sinetron Azab. Kalau ditanya kenapa belum selesai atau kenapa terlambat, orang Indonesia punya sejuta alasan yang kadang bikin kita geleng-geleng kepala sambil ketawa. Mulai dari "ban motor bocor di jalan galaksi antah berantah", "nenek mendadak pingsan padahal nggak punya nenek", sampai "inspirasi baru datang jam 3 pagi". Keindahan ketiga dari seni mengulur waktu adalah kemampuan kita untuk menjadi sangat kreatif dalam mencari pembenaran.
Menunda Sebagai Bentuk "Me Time" yang Terselubung. Siapa bilang nunda itu cuma malas-malasan? Bagi sebagian orang, menunda itu adalah bentuk me time yang tidak disadari. Di tengah kesibukan dan tekanan hidup, menunda pekerjaan bisa jadi cara untuk memberikan diri sendiri waktu bernapas sejenak, meskipun dengan risiko dikejar deadline di kemudian hari. Ini adalah keindahan keempat: kemampuan kita untuk menikmati waktu santai di tengah kesibukan (walaupun semu).
Jadi, lain kali kalau lo lagi asyik scroll TikTok atau IG padahal deadline sudah di depan mata, ingatlah bahwa lo sedang mempraktikkan sebuah seni yang agung. Seni mengulur waktu ala Indonesia, yang dengan segala keunikan dan dramanya, mungkin memang lebih indah dari sunset di Pantai Losari. Asal jangan sampai keasikan mengulur waktu sampai karier lo juga ikut terulur-ulur ya!
Komentar
Posting Komentar