Mendengarkan Pembicaraan Orang Lain: Antara Kepo Alami, Hiburan Gratis, dan Pelanggaran Privasi
Di tengah riuhnya transportasi umum yang penumpangnya lebih padat dari ikan sarden dalam kaleng, antrean kasir supermarket yang bergerak lebih lambat dari siput berpuasa, atau bahkan di meja sebelah warung kopi yang aromanya lebih kuat dari bau kenangan mantan, seringkali telinga kita tanpa sengaja (atau mungkin dengan sedikit usaha) menangkap serpihan-serpihan percakapan orang lain. Ini adalah reality show gratis tanpa perlu berlangganan platform streaming, sebuah sinetron kehidupan nyata yang diputar tanpa kita minta dan seringkali lebih seru dari drama Korea.
Ada berbagai macam genre drama yang bisa kita saksikan secara audio ini. Mulai dari curhatan galau tentang masalah percintaan yang lebih rumit dari rumus fisika kuantum, keluhan tentang atasan yang menyebalkannya sudah level dewa, sampai rencana liburan seru ke tempat eksotis yang langsung membuat kita merasa gagal menjadi manusia karena belum pernah ke sana. Kadang, percakapan itu begitu plot twist dan penuh intrik sampai kita lupa sedang mengantre bayar belanjaan sendiri.
Mungkin ini adalah naluri purba manusia untuk menjadi sedikit "kepo", sebuah warisan leluhur yang selalu ingin tahu gosip terbaru di kampung. Kita ingin tahu apa yang terjadi di sekitar kita, dan percakapan orang lain adalah jendela kecil menuju kehidupan yang penuh warna (walaupun kadang warnanya agak suram). Ini seperti mengintip story teman di Instagram tanpa perlu follow akunnya.
Namun, di sisi lain, mendengarkan percakapan orang lain juga bisa terasa seperti melanggar wilayah pribadi, meskipun kita melakukannya tanpa niat jahat. Kita menyusup ke dalam ruang verbal orang lain tanpa undangan resmi, dan informasi yang kita dapatkan mungkin seharusnya menjadi rahasia umum di antara mereka saja. Ada semacam rasa bersalah samar-samar setelahnya, seperti ketahuan nyontek saat ujian tapi tidak ada yang menegur.
Lucunya, terkadang percakapan yang kita dengar itu begitu absurd atau dramatis sampai kita sulit untuk menahan diri untuk tidak bereaksi. Ingin rasanya ikut nimbrung memberikan solusi cinta yang manjur, menyarankan cara menghadapi atasan toxic, atau sekadar tertawa terbahak-bahak mendengar kebodohan mereka. Tapi kita tahu, kita hanyalah penonton anonim dalam teater kehidupan mereka.
Ada juga seni tingkat tinggi "pura-pura fokus pada ponsel" ketika percakapan itu mulai terlalu pribadi atau sensitif, misalnya tentang masalah kesehatan atau keuangan. Kita memasang wajah stoic seperti patung Liberty, jari-jari sibuk scrolling timeline tanpa melihat, berusaha untuk tidak menunjukkan bahwa telinga kita sedang merekam setiap detail yang terucap, bahkan sampai intonasi suara dan jeda bicaranya.
Namun, terlepas dari dilema etika dan potensi rasa bersalah yang menghantui, mendengarkan percakapan orang lain seringkali menjadi sumber hiburan tak terduga di tengah kebosanan rutinitas. Kita bisa mendapatkan ide-ide baru untuk caption media sosial, belajar tentang berbagai macam karakter manusia, atau sekadar tertawa dalam hati mendengar keluh kesah mereka yang ternyata lebih parah dari masalah kita sendiri.
Maka dari itu, lain kali ketika Anda tanpa sengaja (atau sedikit sengaja) menjadi pendengar setia percakapan orang asing, ingatlah bahwa Anda sedang berpartisipasi dalam sebuah pertunjukan teater jalanan yang naskahnya ditulis oleh kehidupan itu sendiri. Anggap saja ini adalah riset antropologi dadakan tentang kompleksitas hubungan manusia dan drama-drama kecil yang mewarnai hari-hari kita. Dan siapa tahu, di tengah percakapan acak yang Anda dengar, terselip sebuah pelajaran hidup yang berharga, sebuah ide brilian, atau bahkan jawaban atas pertanyaan yang selama ini Anda cari. Jadi, teruslah "mendengarkan" dunia di sekitar Anda, tapi ingatlah juga untuk menjaga volume rasa ingin tahu Anda agar tidak sampai mengganggu privasi orang lain. Karena pada akhirnya, kita semua adalah pemeran utama dalam cerita kita masing-masing, dan terkadang, cerita orang lain bisa menjadi trailer yang menarik untuk memahami alur kehidupan yang penuh kejutan ini.
Komentar
Posting Komentar